Cara untuk Bangun dan Memperbaiki Diri.
Tugas Bahasa Indonesia Sanchia.
Disclaimer: 1. Tidak didukung oleh bukti ilmiah apapun. 2. Hanya berdasarkan pengalaman pribadi.
Pernah merasa putus asa karena rasanya tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki apapun kesalahan yang kita buat? Aku pernah. Rasanya seluruh dunia cerah kecuali untukku, mukaku murung, bahkan manusia lain terasa seperti perusuh dan aku tidak ingin bersosialisasi sama sekali.
Mental breakdown mendadak seperti ini? Sering terjadi.
Disclaimer: 3. Akan sangat banyak referensi dari Haikyuu!! di tulisan ini. Haikyuu!! merupakan sebuah manga yang menceritakan seorang anak SMP brnama Shouyou Hinata yang bermimpi ingin menjadi atlet voli terbaik setelah melihat Little Giant, julukan untuk seorang murid SMA Karasuno yang meskipun cukup pendek untuk atett voli namun ia mampu membawa timnya menuju Turnamen Voli Musim Semi yang merupakan turnamen nasional yang paling ditunggu bagi seluruh murid SMA di Jepang, bisa dibandingkan dengan Koushien untuk baseball. Sebagai seseorang yang cukup pendek juga, ia bertekad untuk mengikuti langkah Little Giant dan bermain voli sebaik mungkin.
Di sisi lain, berharap bahwa dunia seketika akan cerah … merupakan hal yang mustahil. Seperti kata Shakespeare: “Nothing comes from nothing”, dan aku percaya itu benar. Tidak mungkin kita hanya rebahan dan tiba-tiba inspirasi datang lalu kita tiba-tiba mampu mewujudkan mimpi kita dan akhirnya sukses begitu saja. Ya atau iya? Tentu saja.
Mengingat bahwa seluruh umat manusia sudah, sedang dan akan menghadapi perasaan putus asa, akan sangat baik kalau misalnya kita saling meberikan saran dan membantu orang lain. Karena kita tidak pernah menang sendirian bukan? Selalu ada hal atau orang yang memberi inspirasi, saran, dan semangat ketika kita di titik terendah. Dan itulah yang aku niatkan ketika membuat tulisan ini.
Kalau begitu, tunggu apalagi? Ini hal-hal yang menurutku membantu:
1. Sadar dan terima
You can’t stop the wave, but you can learn how to surf .
—Joseph Goldstein
Beberapa hal memang tidak pernah bisa diubah; umur yang selalu bertambah, perkara kematian, dan kesulitan dalam hidup yang tidak akan pernah meninggalkan kita seutuhnya. Namun sebagai manusia, kita tetap harus melanjutkan perjalanan hidup kita dan berusaha sebaik mungkin. Tidak ada pilihan lain.
2. Take that step!
He who would climb the ladder must begin at the bottom. — Ittetsu Takeda
Sudah pernah belajar menyetir mobil manual? Aku pribadi sudah. Dan … susah :) Tapi fokus kita bukan itu.
Jadi begini. Setiap kali kita mau menjalankan mobil, pasti dimulai dari gigi satu. Ada juga yang mulai dari gigi dua, tapi ini akan memperpendek umur beberapa sparepart dalam mobil. Hal yang sama juga berlaku di dunia fisika, dimana ketika sesuatu akan bergerak pasti ada gesekan statis yang akan menahan perpindahan sampai gaya yang diberikan menjadi lebih besar dari gesekan tersebut, yang memutus keseimbangan besar gesekan dan gaya sehingga akhirnya benda tersebut bisa maju. Kesimpulan: langkah pertama selalu paling krusial.
Di sisi lain, langkah pertama setiap orang … tidak pernah sama. Ada yang memang dari awal sudah memiliki modal yang cukup, entah uang, atau fisik dan kecerdasan yang baik. Ada juga yang berusaha keras dan bahkan harus menggunakan ‘bahan sisa’ apapun yang ada di sekitarnya; entah itu menggunakan alat-alat yang tidak sesuai kualifikasi, guru yang tidak kompeten, uang seadanya, akses yang sulit, dan faktor-faktor lain yang kita tidak ketahui
Tugas kitalah untuk menghadapi rintangan tersebut. Banyak caranya: entah diterjang langsung, minta tolong orang lain, lewat jalur memutar,pakai alat. Tapi, hanya kamu yang mampu mengetahui langkah yang harus kamu ambil, karena itu masalahmu.
3. Konsistensi > Motivasi
I am built upon the small things I do every day, and the end results are no more than a byproduct of that.
— Shinsuke Kita
Aku pertama kali menemukan karakter Shinsuke kira-kira satu minggu yang lalu (lewat Haikyuu!! juga, benar sekali). Dan entah kenapa ia menjadi karakter yang sangat tidak kusadari kubutuhkan mindset-nya selama ini. Ia digambarkan sebagai karakter yang rajin. Ia juga bukanlah bintang utama, tapi sekalinya masuk lapangan ia tidak akan tergoyahkan karena ia sudah berlatih. Mindsetnya yang paling mengagumkan adalah pertanyaan yang ia ucapkan kepada rekannya, Aran Ojiro: “Untuk apa gugup? Kamu setiap hari ke makan, tidur, bahkan buang air tidak merasa gugup karena terbiasa melakukannya. Sama seperti di lapangan, untuk apa kamu gugup kalau kamu tahu kamu melatih seluruh serve dan spike-mu setiap hari, dan kamu bisa melakukannya?”
Aku juga mendengar ini dari podcast The Bretty Bang Show milik Brett Yang, salah satu anggota dari duo content creator dan Youtuber musik klasik, Twoset Violin. Ia mengatakan bahwa motivasi hanya bertahan beberapa lama, tapi rutinitas membantu sampai waktu yang tak terbatas.
Mungkin kita sudah sering mendengar quotes dan sisi pandang lain tentang tentang rutinitas, seperti “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” Aku juga bukanlah seseorang yang menyukai rutinitas (terus terang saja, apalagi kegiatan bersih-bersih). Tapi ide bahwa rutinitas mampu mengurangi beban kegugupan di pikiran dan memberi kemudahan dalam hidup tentu menarik.
Selain itu, rutinitas mampu memberikan stabilitas. Bahkan untuk orang yang paling tidak terduga sekalipun, ada sesuatu yang akan mereka anggap sebagai pijakan ketika semua hal berubah. Dan aku merasa rutinitas mampu membantu kita dalam menenangkan pikiran dan menjadi pijakan darurat, bahkan ketika kita merasa dunia sudah hancur.
4. Tulis dan introspeksi
…always adding stuff to his volleyball journal.
— Shouyou Hinata, talking about Tobio Kageyama
Jujurnya, topik tentang menulis atau journaling juga sudah seringkali kudengar. menulis sebagai hobi, sebagai media “peluap perasaan”, sebagai pekerjaan dan lainnya. Bahkan aku tau banyak trainee idola K-Pop yang melakukannya. Hanya saja selama ini aku masih belum menemukan cara yang efektif untuk melakukannya.
Dalam jurnal mereka , baik Kageyama maupun para trainee menuliskan hal-hal yang mereka rasakan dan amati dalam perkembangan skill mereka di bidangnya masing-masing. Sampai akhirnya aku berpikir “kenapa ga kucoba tulis tentang perkembanganku sebagai manusia?”
Menjadi manusia, tentu merupakan pekerjaan sendiri. Kita selalu bertemu tantangan, dari kecil sampai dewasa, dan pastinya tidak mudah dilewati. Kita mencapai banyak hal dalam hidup, dan terjatuh di banyak hal lain juga. Dengan merekam perjalanan kita lewat tulisan, kita bisa dengan mudah kembali memvisualisi apa saja yang terjadi dalam satu hari dan merevisi apa saja yang harus dipertahankan dan apa saja yang harus kita perbaiki.
Menulis juga bisa dijadikan sebagai alat visualisasi kita dalam memetakan masalah. Dengan menulis ulang, kita bisa menyusun kembali unsur-unsur masalah kita; akar masalah, bagaimana masalah tersebut berkembang, solusi yang memungkinkan untuk kita lakukan. Sering terjadi ketika kita sudah terlalu panik sehingga kita melewati langkah-langkah fundamental. Dengan menulis, kita bisa menghindari masalah-masalah seperti ini.
Akhir Kata
Tweet ini menarik. Sebelum dibahas, ini terjemahannya:
“Masa kanak-kanak merupakan percobaan gratis-nya kehidupan. Saat itu berakhir, kita harus membayar untuk versi lengkapnya atau kamu akan kehilangan segalanya.”
Tweet ini menggambarkan keadaan rata-rata kita. Saat muda, kita masih belum bertanggungjawab dengan kehidupan, masih belum tahu apa-apa. Seiring berjalannya waktu, kita akan memiliki semakin banyak pengetahuan yang berbarengan dengan meningkatnya tanggung-jawab kita juga. Dengan waktu yang tersisa, ayo kita manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan kita dalam menghadapi kekalahan dan bangkit kembali.
Ketika kita dewasa, tanggung jawab-tanggung jawab tersebut harus kita pegang terus, karena bila kita lepas, maka kita akan harus mulai dari awal lagi. Konsep yang sama dengan streak dalam sebuah game.
Salam Perubahan!